Minggu, 03 Agustus 2014

Segenggam Kacang Dava untuk Kania : I

"Alis tebal!"
"Bibir tipis!"
"Tebal!"
"Tipis!"
"Dasar nyebelin!"
"Lu yang lebih nyebelin!"

Braak!
2 pagar yang bersebelahan pun dibanting oleh 2 orang yang tidak pernah rukun itu.

"Kania..." panggil seorang wanita dewasa yang sedang menonton tivi di ruangan bernuansa hitam putih.
"Iya, Ma." jawab Kania lesu ketika memasuki rumah.
"Kamu kenapa sayang? Kok pagarnya dibanting gitu sih?"
"Ga papa kok, Ma. Kania ke kamar dulu ya."

Kania membuka pintu kamarnya lalu menutupnya dengan pelan. Ia mulai menghentak-hentakkan kakinya. Memukul boneka-boneka yang ada di atas meja segitiga kecil. Kemudian merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur bersprei merah muda. Kania pun berteriak, "Dasar alis tebal nyebeliiiiin!!!"

Mama yang mendengar teriakan itu hanya menggelengkan kepalanya. "Kania, Kania, hahaha..."

Sementara itu di rumah yang bersebelahan dengan rumah Kania...

"Ma, Pa. Dava pulang."
"Dava... Kok mukanya merah? Kamu lagi marah ya?"
"Biasa, Ma. Itu tuh, si Kania. Ga bisa diajak bercanda!"
"Oh Kania... Ah, paling kamunya kali yang keterlaluan bercandanya." ucap seorang wanita cantik berkulit putih.
"Mama kok belain Kania sih?!" Dava pun meninggalkan Mamanya.
"Ada apa, Ma?" tanya pria paruh baya berkumis.
"Biasa, Pa. Si Dava abis berantem dengan Kania."
"Oh... Mereka itu ga berubah yah. Udah besar juga masih aja kelakuannya kaya waktu mereka masih kecil."
"Hahaha, biarin aja, Pa. Lucu kok!"

Malamnya...

Kania sedang makan malam bersama Mama. Mama yang penasaran dengan sikap Kania sore tadi akhirnya bertanya.

"Sayang, kamu kenapa sore tadi? Kok marah-marah?"
"Gimana ga marah, Ma? Dava tuh nyebelin banget!"
"Emang dia ngapain?"
"Waktu di kampus tadi, ternyata dia itu kakak tingkat Kania yang kebetulan jadi panitia ospek. Eh, aku ga ada salah apa-apa malah dikerjain sama dia!" jelas gadis berusia 18 tahun itu.
"Kamu diapain?"
"Aku disuruh lari keliling lapangan 2 kali, mana cuaca lagi terik. Kalo aku pingsang gimana?"
"Hmm... Yaudah sayang. Yang penting sekarang kamu kan ga apa-apa. Masih sehat." ucap Mama sambil tersenyum.
"Tapi kan ga adil banget, Ma. Apa coba maksud dia kaya itu?"
"Dia cuma iseng mungkin. Udah maafin aja. Oh ya, besok kita jalan-jalan yuk. Ospek kamu kan udah selesai dan besok libur."
"Serius? Wah asik! Mauuuu!" teriak Kania bersemangat.

Selesai makan Kania kembali ke kamarnya. Ia merasa sangat kelelahan. Setelah 4 hari menjalani opsek sebagai mahasiswa baru, akhirnya besok ia dapat berlibur. Rasanya sungguh tidak sabar untuk bisa jalan-jalan bersama Mamanya.

Kania hanya tinggal bersama Mamanya. Mama berprofesi sebagai seorang desainer. Sedangkan Papa Kania telah lama meninggal dunia. 8 tahun setelah kepergian sang Papa, Kania dan mamanya pindah ke rumah yang sekarang mereka tempati. Rumah Kania bersebelahan dengan rumah Dava. Meskipun telah bertetangga selama hampir 7 tahun, mereka tidak pernah akur. Selalu ada saja hal yang mereka ributkan. Baik Mama ataupun orang tua Dava hanya bisa tertawa melihat kelakuan mereka.
******

Suara burung berkicauan. Sinar matahari mulai menyinari kamar Kania. Tepat pukul 6 pagi Kania terbangun. Dengan semangat dia bergegas ke kamar mandi. Ia merasa sangat senang karena akan menghabiskan waktunya bersama Mama.

Selesai mandi Kania mencari Mama yang ternyata telah menunggu di ruang tivi. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk.

"Siapa sih pagi-pagi udah bertamu?" gerutu Kania.
"Kok ngomong gitu sayang? Ayo buka pintunya."

Beberapa langkah kemudian Kania tiba di depan pintu. Dengan perlahan Kania membuka pintu sambil memaksakan senyum. Kania merasa kesal karena ada orang yang bertamu sepagi ini padahal ia dan Mama hendak pergi.

"Eh, Om, Tante. Mari masuk..." ujar Kania terbata-bata.
"Halo Kania" sapa pria berkulit cokelat yang memakai kaos hitam.
"Ha? Dava! Ngapain lu di sini?" ucap Kania dengan nada jengkel

To Be Continued . . .

Umi Yanti
3 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar