Selasa, 05 Agustus 2014

Segenggam Kacang Dava untuk Kania : II

"Ngapain lu di sini?"
"Apaan sih lu? Orang kalo disapa tuh ya dijawab dong, kok malah dibentak?"

Orangtua Dava pun masuk ke dalam rumah Kania yang segera disambut oleh Mama Kania. Sementara itu Dava dan Kania masih berada di depan pintu.

"Eh, lu belom jawab!" sergah Dava.
"Iya! Haloooo Dava. Selamat pagi! Puas?!"
"Nah, gitu dong." Dava terlihat senang.
"Terus lu ngapain ke sini?" tanya Kania.
"Ga tau. Orangtua gue ngajak ke sini. Ga tau mau ngapain."

Tak lama kemudian Mama Kania dan orangtua Dava pun keluar sambil tersenyum.

"Ayo Kania, Dava."
"Loh? Kita mau ke mana Ma? Kok Dava diajak juga sih? Kalo Om dan Tante sih gapapa." ucap Kania sambil tersenyum ramah kepada orangtua Dava.
"Kan kita mau jalan-jalan, sayang." jawab Mama Kania.
"Udah ayo, ayo. Kita langsung pergi aja." ajak Papa Dava.

Kania dan Dava yang masih tidak mengerti masuk ke dalam mobil dengan tampang kebingungan.
Papa Dava duduk di samping supir, Mama Kania dan Mama Dava duduk berdua di kursi tengah, sedangkan Dava dan Kania duduk di kursi belakang. Mama Dava dan Mama Kania sibuk berbincang yang kerap diselingi tawa dan sesekali Papa Dava juga ikut tertawa. Kania dan Dava masih terdiam. Tiba-tiba Dava mulai menjahili Kania. Kania yang kesal pun langsung marah-marah dan cemberut. Dava hanya tertawa melihat Kania.

******

"Nah, kita sudah sampai." ucap Papa Dava.
"Pantai??? Asiiiik." seru Dava dan Kania bersamaan.
"Apaan lu ngikutin omongan gue?" kata Kania dengan galak.
"Yeee, siapa juga yang ngikutin lu? Pede amat." balas Dava sambil menjulurkan lidahnya.

Kedua orangtua mereka hanya tersenyum. Setelah semuanya turun dari mobil, Dava langsung menarik jepit kecil berwarna kuning di rambut Kania dan langsung berlari yang kemudian langsung dikejar oleh Kania. Mereka berkejaran hingga di pinggir pantai meninggalkan kedua orangtuanya yang masih berada di samping mobil.

"Dava, Kania, jangan jauh-jauh!" teriak Mama Dava.
"Udah, Ma. Biarin aja. Mereka kan sudah besar." timpal Papa Dava.

Di kejauhan...

"Dava berentiiii!!!!"
"Weeek, kejar gue terus kalo mau jepit ini balik ke elu!"
"Dasar alis tebal rese!"
"Hahaha, buruan dong larinya. Atau gue bakalan lempar nih jepit ke air."
"Jangan dong! Itu kan jepit dari Papa gue!"

Lalu Kania pun berhenti berlari. 'Itu jepit dari Papa gue' batin Kania. 'Jangan dibuang', lanjutnya.
Dava juga berhenti berlari. Ia pun mendekati Kania. Sekarang posisi mereka hanya berjarak setengah meter dari pinggir pantai. Air pantai mulai membasahi kaki mereka.

"Maafin gue, Kania." sesal Dava.
Kania hanya mengangguk dalam diam. Dava langsung memasangkan jepit itu di rambut Kania. Kania masih diam. Lalu...

"Nih..." tawar Dava sambil membuka genggaman tangannya tepat di depan wajah Kania.
"Kacang? Makasih Dava."

Kania pun mengambil sebungkus kecil kacang mede yang ada di tangan Dava. Membuka bungkusnya dan memakannya. Mereka pun duduk sambil melihat ombak. 10 butir kacang mede pun habis dilahap Kania. Kania menoleh pada Dava, begitupun Dava.

"Lu kenapa suka banget makan kacang?" tanya Dava.
"Mau tau aja sih lu!"
"Dasar!"

Mereka pun menghampiri orangtua mereka yang tengah duduk di atas tikar.

"Tumben kalian akur." kata Mama Kania.
"Tadi Dava kasih Kania kacang, Tan. Makanya dia diem kaya ini. Hahaha" ucap Dava.
"Apaan sih lu?" Kania memukul bahu Dava.
"Sakit tahu!" keluh Dava.
"Biarin, weeeek!"

Mereka berlima sarapan pagi bersama. Saat ini jam menunjukkan pukul setengah 10. Bahkan saat sedang makan pun mereka masih terus saling meledek. Selesai makan Papa Dava mengajak mereka berlima untuk bicara serius.

"Dava, Kania... Papa, Mama dan Tante sudah sepakat." Papa Dava memulai.
"Sepakat apa, Pa?" tanya Dava.
"Sebenarnya sudah lama kami merencanakan ini sejak kalian masih SMP. Jadi, kami berniat untuk menjodohkan kalian berdua." lanjut Papa Dava.
"Apaaa??!" seru Kania dan Dava.
"Ga, Pa!"
"Kania ga mau, Ma." protes Kania.
"Tenang. Ini kan baru rencana. Keputusan ada di tangan kalian. Tapi, kami harap kalian mau mencoba dulu ya. Kita kan sudah saling mengenal cukup lama dan kami pikir kalian berdua cocok kok. Jadi, jalanin dulu ya. Kita liat selama 3 bulan ini. Kalo kalian merasa cocok kita lanjutin perjodohan ini, oke?" Mama kania menjelaskan dengan tenang.
"Iya, sayang. Mama juga udah anggap Kania sebagai anak sendiri kok. Kania itu manis, baik, ceria, pinter masak lagi. Menantu idaman banget deh." puji Mama Dava.
"Makasih, Tante." senyum Kania tersimpul.

Kania merasa senang. Ia menatap Dava dengan tatapan kemenangan. Telinga Dava pasti panas karena mendengar Mamanya memuji Kania. Dava hanya membalasnya dengan senyum mengejek. Selesai sarapan Dava dan Kania kembali bermain air. Kedua orangtua mereka melanjutkan perbicaraan mengenai perjodohan ini.

Langit mulai berwarna kekuningan pertanda sudah sore. Mereka pun memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang mereka berfoto bersama. Mereka berlima berfoto dengan senyum lebar dan tertawa riang. Setelah 3 kali berfoto bersama, orangtua mereka meminta Dava dan Kania berfoto berdua. Dengan terpaksa mereka menuruti kehendak orangtuanya. Namun hasilnya tidak ada yang menunjukkan keromantisan di antara keduanya. Di foto pertama, Dava tersenyum lebar sedangkan Kania cemberut. Di foto lainnya Kania tersenyum sedangkan Dava cemberut. Selanjutnya Dava dan Kania berhadapan sambil menjulurkan lidahnya dan membuat mata mereka juling. Dan di foto terakhir Dava menarik rambut Kania dan Kania terlihat kesal.

To Be Continued . . .

Umi Yanti
5 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar