Jumat, 20 Januari 2012

Saat Aku Terbangun Dari Tidurku : Ending

"Begitulah kejadiannya. Kau terlambat, seharusnya kau tiba lebih awal."
"Aku tak tahu. Aku hanya meninggalkannya sebentar. Aku pulang hanya untuknya."
"Tapi ini sudah terjadi. Kau tak akan bisa mengubah apa pun."
"Benar."

Di sebuah area pemakaman, terdengar suara 2 pria. Percakapan yang terjadi di samping sebuah makam yang bertulisakan nama Vily Wijaya.

"Setahun yang lalu Vily kecelakaan dan itu membuat kita kehilangannya untuk selamanya. Aku tahu semua tentang kau dan Vily. Bahkan kepergianmu ke New Jersey. Sedekat apa pun aku dan Vily, tetap tidak akan pernah merubah perasaannya terhadapmu."
"Aku menyesal! Aku ingin ia kembali! A-aku, aku ingin melihat senyumnya..."
"Abram, bersabarlah. Vily sekarang pasti sudah bahagia bersama Ayah dan Ibunya di alam sana. Kau harus yakin."

Kedua pria itu berpelukan. Merasakan kesedihan yang sama, kepedihan yang sama, dan penyesalan yang sama. Erlan tahu itu, tapi tidak dengan Abram.

"Tolong tinggalkan aku sendiri, Erlan."
"Baiklah. Tapi kau sebaiknya segera pulang. Sampai jumpa."
"Terima kasih Erlan, aku percaya padamu."
"Ya, kau memang harus percaya padaku." Erlan tersenyum.

Erlan meninggalkan Abram sendirian di tempat peristirahatan terakhir Vily. Makam Vily terlihat cukup terawat. Seminggu sekali, Ibu tiri Vily selalu menyempatkan dirinya untuk mengunjungi makam Vily dan Ayah. Ia sadar bahwa ia tidak bisa melupakan kebersamaan mereka selama 5 tahun dan betapa besarnya rasa cintanya terhadap Ayah Vily.

Abram terus menangisi kepergian Vily. Perjumpaan 4 tahun yang lalu, kebersamaan selama setahun, dan sekarang semua itu hanya tinggallah sebuah kenangan. Kenangan manis yang tak akan terlupakan. Abram sangat mencintai Vily, tapi ia berjanji akan melanjutkan hidupnya dengan lebih baik demi Vily.
*****

Neeett!
New Message :
Aku akan ke rumahmu. Ada sesuatu yang harus aku serahkan padamu.
From : Erlan

Neeett!
New Message :
Ya, aku tunggu.
From : Abram

"Maaf mengganggu."
"Tidak apa-apa."
"Abram, aku ingin kau menyimpan ini." Erlan mengeluarkan sebuah kalung dari sakunya.
"Ini?"
"Ya, ini kalung yang kau berikan untuk Vily. Tapi sekarang, sebaiknya kau menyimpan kalung itu agar kau selalu ingat dengan kenangan manis kalian."
"Vily..." air mata mengalir di pipiku.
"Baiklah. Kuatkan hatimu. Aku permisi."

Langkah kaki Erlan semakin menjauh. Menjauh. Dan meninggalkan rumahku. Aku berjalan menuju kamarku melalui anak tangga yang tampak terlalu panjang. Langkahku sedikit goyah. Di dalam kamar aku memegang erat kalung itu.

Aku mencoba untuk mengingat semua hal tentang Vily. Perjumpaan pertamaku dengannya di bandara. Hari-hari yang kami lalui bersama. Hari terakhir kami bersama. Dan semuanya. Otakku terus bekerja untuk mengingat itu semua. Aku merindukan senyumannya.

Kalung yang ada di genggamanku sekarang memperjelas ingatanku akan Vily. Hari itu, aku memberikan kalung ini untuknya di pantai. Aku berharap ia akan selalu mengingatku melalui kalung ini, namun sekarang aku yang harus selalu mengingatnya melalui kalung ini.

'Sebaiknya sekarang aku tidur. Tubuhku terasa amat lelah.'

Aku harap semua ini hanyalah mimpi buruk yang tidak akan terjadi. Dan aku akan bisa tersenyum melihat senyuman Vily. Tapi ternyata aku salah,di saat aku terbangun dari tidurku semuanya tidak berubah. Aku masih menggenggam kalung itu. Vily, maafkan aku...

~ The End ~


Umi Yanti

20 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar