Sabtu, 31 Maret 2012

Bawalah Aku ke Hatimu : II

"Ayo sadar. Buka matamu, aku mohon..." ucap seorang gadis berambut cokelat itu.
Gadis itu sedang berdiri sambil menggenggam erat tangan seorang pria yang sedang terbaring di atas tempat tidur salah satu rumah sakit di Jakarta. Matanya memerah. Kemudian ia keluar dari ruangan itu dengan meneteskan air mata.

"Bel!"

Seseorang memanggil nama gadis itu. Ia berlari menuju gadis itu.

"Bel, apa kabar?"
"Kevin, baik."
"Lama gak liat kamu, ke mana aja? Mau pulang?"
"Emm... Beberapa hari ini aku sibuk, banyak tugas. Ya udah, aku duluan ya."
"Hati-hati Isabel!"

Isabel berlalu melewati koridor. 'Danar aku akan selalu menunggumu, selalu.'

Isabel mendatangi rumah Audrey. Ayu membuka pintu dan sedikit terkejut atas kehadiran Isabel. Sejak lama Ayu memang kurang menyukai Isabel. Namun bagaimana pun persahabatan Audrey dan Isabel terus berjalan. Audrey menganggap sikap Ayu adalah hal yang wajar. Di dunia ini tentunya tidak semua orang menyukai hal yang sama, begitu pun dengan Ayu.

Isabel menaiki tangga, berjalan menuju kamar Audrey. Audrey yang sedang membaca novel merasa sangat senang dengan kehadiran Isabel. Ia langsung memeluk sahabatnya itu.

"Bel! Lama banget kita gak ketemu. Aku kangen sama kamu." ucap Audrey.
"Iya, aku juga. Kamu tau kan, aku sedang banyak tugas. Aku pusing nih." keluh Isabel.
"Hemm, gimana kalo besok kita nonton." ajak Audrey.
"Wah boleh juga!" Isabel menyetujui.

Mereka pun mengobrol. Melepas kerinduan. Mereka saling mengenal sejak kelas 2 SMA. Sudah 5 tahun persahabatan mereka terjalin. Isabel sangat mengenal Audrey. Mulai dari kecelakaan orang tua Audrey, Ayu yang selalu ada untuk Audrey, hingga hubungan antara Audrey dan Danar. Begitu pun Audrey. Ia mengenal baik sahabatnya itu. Namun sayang ada satu hal yang tidak di ketahui Audrey.

Jam telah menunjukkan pukul 16:40. Isabel pamit kepada Ayu. Audrey mengantar Isabel hingga pagar. Isabel mengeluarkan kunci mobilnya. Sesaat kemudian mobil kuning ber-plat B 154 BEL itu pun melaju.
*****

Di sore yang sedang turun hujan 3 tahun yang lalu, tepatnya di hari kelulusan SMA.
Sosok gadis manis dengan rambut panjang dengan model ponytail sedang menunggu seseorang di bawah pohon besar. Ia masih memakai seragam sekolahnya. Tubuhnya mulai basah kuyup. Lalu datanglah lelaki tinggi berkulit cokelat. Lelaki itu mendekati si gadis.

"Bel." sapa lelaki itu.
"Da-nar." gadis itu menggigil.

Danar memasangkan jaketnya ke tubuh Isabel.

"Kamu mau ngomong apa? Sekarang kan lagi ujan. Ntar kamu sakit." Danar khawatir.
"Gak kok, aku baik-baik aja. Ada hal penting yang mau aku omongin."
"Soal apa?" tanya Danar.
"Sebenarnya sejak setahun yang lalu, aku... aku..."
"Kenapa?" Danar penasaran.
"Aku suka sama kamu, Danar." bibir Isabel bergetar karena kedinginan dan gugup.
"Bel?"

Danar membalikkan badannya. Ia memegang kepalanya. Terasa sedikit sakit. Untuk sesaat keduanya terdiam. Lalu Danar pun membalikkan badannya lagi dan menghadap Isabel. Kedua tangannya memegang bahu Isabel.

"Bel, kamu kedinginan. Kita pulang ya, aku antar." ajak Danar.
"Nggak, aku belum mau pulang. Aku mau nungguin jawaban kamu."
"Nanti aja. Kita pulang dulu. Nanti kamu sakit." Danar semakin mencemaskan Isabel.
"Nggak!" Isabel bersikeras.
"Baiklah. Aku jawab."

Danar menggosokkan kedua tangannya untuk menghilangkan kegugupannya.

"Bel, aku sebenarnya sayang banget sama kamu. Sejak kita kelas satu, aku udah suka sama kamu. Kelas dua pun aku masih menyimpan rasa itu. Tapi aku gak punya kesempatan untuk ungkapinnya. Tapi sejak aku kenal sama Audrey semuanya berubah. Aku mulai suka sama Audrey. Audrey pun juga suka sama aku. Dan aku tau, kamu sahabat Audrey kan? Besok aku akan nyatain cinta ke dia. Jadi, maafin aku Bel..." ungkap Danar.
Isabel menahan tangis. Ia mencoba tersenyum.

Danar meraih tangan kanan Isabel. Dan mengajaknya pulang. Audrey masih terpaku. Mereka menaiki mobil. Danar melajukan mobilnya di bawah guyuran hujan. Air mata Isabel menetes. Tidak ada suara. Hening. Hanya terdengar suara hujan yang mengiringi tangisan Isabel. Keduanya terdiam.

"Bel, maafin aku."
"Aku terlambat ya?" tanya Isabel sambil memaksakan senyumnya.
"Bel.."
"Seandainya sejak setahun yang lalu aku bilang ini ke kamu, mungkin hasilnya gak kayak gini."
"Maaf Bel."

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di rumah Isabel. Isabel melepaskan jaket Danar. Ia menyerahkannya kepada Danar. Namun Danar menolak, ia menyuruh Isabel menyimpannya. Saat akan turun dari mobil, Isabel mengecup pipi kiri Danar.

"Aku akan selalu menunggumu, Danar." ucap Isabel dengan senyum yang yakin.
*****
To Be Continued . . .


Umi Yanti

31 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar