Sepanjang perjalanan aku terus merenung. Membayangkan ekspresi apa yang akan ditunjukkan Putri padaku. Aku jadi gugup. Aku berusaha menetralkan perasaan dan raut wajahku. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Mencoba menikmati pemandangan yang kulalui. Rambutku terus berkibaran terkena tiupan angin yang cukup kencang.
Akhirnya aku pun tiba di sebuah taman kecil yang berada di tengah kota, taman yang kujadikan sebagai tempat pertemuan kami. Aku melirikkan mataku berusaha untuk menemukan sosok yang kucari. Tiba-tiba aku mendengar suara lembut. Aku pun membalikkan badanku.
"Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Putri penasaran.
Aku mengangguk pelan. Aku ajak dia duduk di sebuah kursi.
Aku mulai berbicara.
"Apa kau mengenal Tomy?" tanyaku padanya.
*****
Wajah Putri masih datar. Putri menarik nafas lalu menghembuskannya. Sekarang ia terlihat sedih. Seolah-olah sedang mengingat kembali kejadian yang telah berlalu. Matanya berkaca-kaca. Ia mencoba menahan air matanya yang hampir tumpah.
"A-a-pa kau ma-sih mengingat Ta-nia?" tanyanya terbata-bata.
"Apa maksudmu?"
"Apa kau masih mengingat Tania?! Apa kau masih mengingat adikku? Tania, satu-satunya adik yang kumiliki?!" air mata Putri berjatuhan.
Aku mencoba menenangkan Putri dan berharap ia melanjutkan ceritanya.
"Aku sangat merindukannya." ucap Putri sambil terisak.
Aku mencari tissue yang ada di dalam tasku. Aku mengelap pipi Putri yang telah basah oleh air mata. Aku tahu saat ini Putri sangat sedih. Aku teringat peristiwa tiga tahun yang lalu. Hari terakhir aku melihat Tania. Selesai kuliah aku dan Putri beristirahat di rumah Putri. Namun setibanya di rumah Putri, kami melihat Tania telah terbujur kaku dengan luka di pergelangan tangannya. Pemandangan yang tidak akan pernah terhapus dari memoriku. Bunuh diri yang dilakukan Tania dengan meninggalkan sepucuk surat disampingnya. Sampai sekarang Putri masih menyimpan kenangan terakhir dari adiknya itu.
Putri mulai melanjutkan kata-katanya.
"Tania bunuh diri karena seorang pria. Ia ditinggal pergi keluar negeri oleh pria itu. Bahkan ketika Tania dimakamkan aku tidak melihat sebuah penyesalan dari pria itu. Apakah dia tidak merasa bersalah atas kematian adikku?! Pria itu adalah Tomy!!!" Putri semakin emosi.
Aku terkejut. Mataku terbelalak. Tidak mungkin! Apakah pria itu adalah Tomy yang aku temui kemarin? Aku merasa belum percaya apa yang kudengar.
"Kau yakin?"
"Tentu saja! Aku tidak akan pernah lupa dengan pria itu!" Putri menggenggam kedua tangannya.
Umi Yanti
15 Oktober 2011
Sabtu, 15 Oktober 2011
Kami dan Dirinya : II
Created By
Umi Yanti
Posted in:
Cerbung,
Kami dan Dirinya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar